Minggu, 09 Desember 2012

SYARAT-SYARAT POKOK BK DI SD


C. SYARAT-SYARAT POKOK BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR
Syarat-syarat pokok diperlukan untuk kelancaran pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah dasar. Dimana syarat-syarat tersebut tertuang dalam sikap-sikap positif yang dimiliki guru, diantaranya yaitu kesediaan guru untuk berperan ganda(guru dan pembimbing), kesediaan guru untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif, kesediaan guru untuk memahami murid, dan kesediaan guru untuk senantiasa selalu bekerjasama dengan berbagai pihak tanpa meninggalkan asas-asas bimbingan yang harus dipegangnya sebagai pembimbing.

KEDUDUKAN DAN PERMASALAHAN BK DI SD


A. KEDUDUKAN DAN PERMASALAHAN BIMBINGAN DI SEKOLAH DASAR
Kedudukan bimbingan di sekolah dasar secara formal telah digariskan di dalam Undang-Undang No. 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu ada juga peraturan pemerintah yakni PP No. 28/1989, yang secara khusus menjelaskan perihal bimbingan di sekolah dasar. Dalam pasal 25 peraturan pemerintah tersebut diterangkan bahwa:
1. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.
2. Bimbingan diberikan oleh guru pembimbing.
(Kartadinata, 1998:10)
Dalam sistem pendidikan wajib belajar 9 tahun, sekolah dasar mempunyai kewajiban untuk menyiapkan lulusannya untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu SMP. Sehingga tanggung jawab sekolah dasar itu bukan hanya menamatkan dan meluluskan siswa, akan tetapi juga menyiapkan kognitif, kepribadian dan perilaku siswa agar siap menghadapi dunia barunya yakni sekolah menengah.
Ada dua hal yang berdampak pada perlunya bimbingan untuk siswa di sekolah dasar. Pertama, adanya masalah-masalah perkembangan yang mencakup aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. Kedua, rentang keragaman individual siswa yang amat lebar. Dari permasalahan yang kedua, muncul populasi khusus yang menjadi target layanan bimbingan, diantaranya:
1. siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi
2. siswa yang mengalami kesulitan belajar
3. siswa dengan perilaku bermasalah.

PENGERTIAN BK


.  PENGERTIAN BK


   Pengertian Bimbingan dan Konseling
            Istilah bimbingan dan konseling merupakan istilah yang sering dipergunakan dalam kegiatan pendidikan, karena bimbingan dan konseling merupakan bagian dari program pendidikan. Banyak ahli telah merumuskan pengertian dari bimbingan dan konseling. Sebagaimana yang diungkapkan Crow & Crow (Amti dan Marjohan, 1992: 2) bahwa:
Bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang, baik pria maupun wanita, yang telah terlatih dengan baik dan memiliki kepribadian dan pendidikan yang memadai kepada seorang individu dari semua usia untuk membantunya mengatur kegiatan-kegiatan hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri.
Sementara itu Mortensen & Schmuller (Amti dan Marjohan, 1992: 2) mengungkapkan bahwa:
Bimbingan dapat diartikan sebagai bagian dari keseluruhan program pendidikan yang membantu menyediakan kesempatan-kesempatan pribadi dan layanan-layanan petugas ahli dengan mana setiap individu dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan dan kecakapan-kecakapannya secara penuh sesuai dengan yang diharapkan.
            Dari pengertian-pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa bimbingan merupakan bagian dari program pendidikan yang berupa bantuan layanan dari seorang ahli kepada individu, agar individu tersebut mampu mengembangkan kemampuan dirinya secara penuh untuk mencapai hasil yang diharapkan.
            Adapun yang dimaksud dengan konseling menurut Milton dan Maclean (Amti dan Marjohan, 1992: 4) adalah:
…proses yang terjadi dalam hubungan-hubungan seseorang dengan seseorang antara individu yang berkesulitan karena masalah-masalah yang tidak dapat diatasinya sendiri dengan seorang pekerja yang karena latihan dan pengalaman yang dimilikinya mampu membantu orang lain memperoleh pemecahan-pemecahan berbagai jenis masalah pribadi .
            Sebagaimana bimbingan, konseling berupaya untuk memberikan bantuan kepada individu untuk menyelesaikan permasalahan pribadi yang dihadapi. Dengan demikian Bimbingan dan Konseling merupakan bagian dari program pendidikan yang berupa pemberian bantuan dari seorang ahli (konselor) pada siswa (klien) untuk menyelesaikan permasalahan pribadi yang dihadapi dan mencapai tujuan yang diharapkan.

TES INTELIGENSI

Pengertian Inteligensi
Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Suryabrata (1982), Intelegensi didefinisikan sebagai kapasitas yang bersifat umum dari individu untuk mengadakan penyesuaian terhadap situasi-situasi baru atau problem yang sedang dihadapi. dan  William Stern, intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya. William Stern berpendapat bahwa intelegensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan, pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelegensi seseorang.

Intelegensi merupakan keahlian memecahkan masalah dan kemampuan untuk beradaptasi pada, dan belajar dari pengalaman hidup sehari-hari. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. Intelegensi tecermin dari tindakan yang terarah pada penyesuaian diri terhadap lingkungan dan pemecahan masalah yang timbul daripadanya.

Sedangkan tes intelegensi itu sendiri antara lain;

  1. Suatu pengukuran yang standar dan obyektif terhadap sampel perilaku.
  2. Suatu kegiatan pengukuran atau penilaian melalui upaya yang sistematik untuk mengungkap aspek-aspek psikologi tertentu dari individu.
  3. Seperangkat alat ukur yang digunakan untuk memperoleh informasi tentang pikiran, perasaan, persepsi dan perilaku seseorang guna membuat keputusan penilaian tentang seseorang.
  4. Tes untuk mengukur aspek individu secara psikis (tes dapat berbentuk tertulis, visual, atau evaluasi secara verbal yang teradministrasi untuk mengukur fungsi kognitif dan emosional) tes dapat diaplikasikan kepada anak-anak maupun dewasa.
  5. Suatu teknik atau alat yang digunakan untuk mengungkapkan tarap kemampuan dasar seseorang yaitu kemampuan dalam berpikir, bertindak dan menyesuaikan dirinya secara efektif.

Manfaat Tes Inteligensi bagi Layanan BK
Tes intelegensi dapat dipergunakan oleh berbagai pihak di sekolah antara lain;
  1. Sekolah, tes intelegensi dapat digunakan untuk menyaring calon siswa yang akan diterima atau untuk menempatkan siswa pada jurusan tertentu, dan juga mengidentifikasi siswa yang memiliki IQ di atas normal.
  2. Guru, tes intelegensi dapat digunakan untuk mendiagnosa kesukaran pelajaran dan mengelompokkan siswa yang memiliki kemampuan setara.
  3. Konselor, tes intelegensi dapat digunakan untuk membuat diagnosa siswa, untuk memprediksi hasil siswa dimasa yang akan datang, dan juga sebagai media untuk mengawali proses konseling.
  4. Siswa, tes intelegensi dapat digunakan untuk mengenali dan memahami dirinya sendiri dengan lebih baik, dan mengetahui kemampuannya.
  5. Menganalisis berbagai masalah yang dialami murid
  6. Membantu memahami sebab terjadinya masalah
  7. Membantu memahami murid yang mempunyai kemampuan yang tinggi juga yang rendah

Secara umum, tes intelegensi dapat  digunakan sebagai bahan diagnosa. Hasil tes belum tentu perlu disampaikan dalam proses konseling, tetapi konselor maupun konseli memerlukan gambaran yang menyeluruh dari diri seorang konseli. Dengan menggunakan hasil tes intelegensi, konselor dapat melakukan diagnosa terkait perkembangan konseli selama dan setelah proses konseling berlangsung. Selain itu, hasil tes intelegensi dapat digunakan sebagai data penunjang. Jika tes yang digunakan tidak hanya tes atau tes intelegensi, maka hasil tes intelegensi dapat digunakan untuk menunjang data yang telah diperoleh dan diperlukan dalam kegiatan konseling.

Jenis-jenis Tes Inteligensi
Berdasarkan penataannya ada beberapa jenis tes intelegensi, yaitu;
  1. Tes Intelegensi individual, tes ini hanya dilakukan oleh satu orang saja secara khusus. Tes Intelegensi individual diantaranya :
    -  Stanford - Binet Intelligence Scale
    -    Wechsler - Bellevue Intelligence Scale (WBIS)
    -    Wechsler - Intelligence Scale for Children (WISC)
    -    Wechsler - Adult Intelligence Scale (WAIS)
    -    Wechsler - Preschool and Primary Scale of Intelligence (WPPSI).
    Kelebihan pada tes ini antara lain penguji dapat menilai dengan jelas bagaimana individu yang sedang menjalani tes tersebut. Misalnya mengamati bagaimana individu menyusun laporan, minat dan perhatian individu, kecemasan dalam pengerjaan tugas, serta tingkat toleransi menghadapi rasa frustasi. Kekurangan tes ini adalah kurang begitu nyaman.
  2. Tes Intelegensi kelompok, tes ini dilakukan guna mencari data secara cepat secara serentak. Tes Intelegensi kelompok diantaranya :Pintner Cunningham Primary Test-    The California Test of Mental Maturity
    -    The Henmon- Nelson Test Mental Ability
    -    Otis - Lennon Mental Ability Test
    -    Progressive Matrices
    Kelebihan pada tes ini antara lain rasa nyaman. Tes ini juga memiliki kekurangan antara lain peneliti tidak dapat menyusun laporan individu, tidak dapat menentukan tingkat kecemasan individu, instruksi yang kurang jelas karena ribut atau peserta yang satu diganggu oleh peserta lainnya.
  3. Tes Intelegensi dengan tindakan/perbuatan

PENTINGNYA BK

PENTINGNYA BK

TUJUAN pendidikan menengah acap kali dibiaskan oleh pandangan umum; demi mutu keberhasilanakademis seperti persentase lulusan, tingginya nilai Ujian Nasional, atau persentase kelanjutan ke perguruan tinggi negeri. Kenyataan ini sulit dimungkiri, karena secara sekilas tujuan kurikulum menekankan penyiapan peserta didik (sekolah menengah umum/SMU) untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi atau penyiapan peserta didik (sekolah menengah kejuruan/SMK) agar sanggup memasuki dunia kerja. Penyiapan peserta didik demi melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi akan melulu memperhatikan sisi materi pelajaran, agar para lulusannya dapat lolos tes masuk perguruan tinggi. Akibatnya, proses pendidikan di jenjang sekolah menengah akan kehilangan bobot dalam proses pembentukan pribadi. Betapa pembentukan pribadi, pendampingan pribadi, pengasahan nilai-nilai kehidupan (values) dan pemeliharaan kepribadian siswa (cura personalis) terabaikan. Situasi demikian diperparah oleh kerancuan peran di setiap sekolah. Peran konselor dengan lembaga bimbingan konseling (BK) direduksi sekadar sebagai polisi sekolah. Bimbingan konseling yang sebenarnya paling potensial menggarap pemeliharaan pribadi-pribadi, ditempatkan dalam konteks tindakan-tindakan yang menyangkut disipliner siswa. Memanggil, memarahi, menghukum adalah proses klasik yang menjadi label BK di banyak sekolah. Dengan kata lain, BK diposisikan sebagai “musuh” bagi siswa bermasalah atau nakal.
Penulis merujuk pada rumusan Winkel untuk menunjukkan hakikat bimbingan konseling di sekolah yang dapat mendampingi siswa dalam beberapa hal. Pertama, dalam perkembangan belajar di sekolah (perkembangan akademis). Kedua, mengenal diri sendiri dan mengerti kemungkinan-kemungkinan yang terbuka bagi mereka, sekarang maupun kelak. Ketiga, menentukan cita-cita dan tujuan dalam hidupnya, serta menyusun rencana yang tepat untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Keempat, mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajar di sekolah dan terlalu mempersukar hubungan dengan orang lain, atau yang mengaburkan cita-cita hidup. Empat peran di atas dapat efektif, jika BK didukung oleh mekanisme struktural di suatu sekolah.

Proses cura personalis di sekolah dapat dimulai dengan menegaskan pemilahan peran yang saling berkomplemen. Bimbingan konseling dengan para konselornya disandingkan dengan bagian kesiswaan. Wakil kepala sekolah bagian kesiswaan dihadirkan untuk mengambil peran disipliner dan hal-hal yang berkait dengan ketertiban serta penegakan tata tertib. Siswa mbolosan, berkelahi, pakaian tidak tertib, bukan lagi konselor yang menegur dan memberi sanksi. Reward dan punishment, pujian dan hukuman adalah dua hal yang mesti ada bersama-sama. Pemilahan peran demikian memungkinkan BK optimal dalam banyak hal yang bersifat reward atau peneguhan. Jika tidak demikian, BK lebih mudah terjebak dalam tindakan hukum-menghukum.

Mendesak untuk diwujudkan, prinsip keseimbangan dalam pendampingan orang-orang muda yang masih dalam tahap pencarian diri. Orang-orang muda di sekolah menengah lazimnya dihadapkan pada celaan, cacian, cercaan, dan segala sumpah-serapah kemarahan jika membuat kekeliruan. Namun, jika melakukan hal-hal yang positif atau kebaikan, kering pujian, sanjungan atau peneguhan. Betapa ketimpangan ini membentuk pribadi-pribadi yang memiliki gambaran diri negatif belaka. Jika seluruh komponen kependidikan di sekolah bertindak sebagai yang menghakimi dan memberikan vonis serta hukuman, maka semakin lengkaplah pembentukan pribadi-pribadi yang tidak seimbang.

BK dapat diposisikan secara tegas untuk mewujudkan prinsip keseimbangan. Lembaga ini menjadi tempat yang aman bagi setiap siswa untuk datang membuka diri tanpa waswas akan privacy-nya. Di sana menjadi tempat setiap persoalan diadukan, setiap problem dibantu untuk diuraikan, sekaligus setiap kebanggaan diri diteguhkan. Bahkan orangtua siswa dapat mengambil manfaat dari pelayanan bimbingan di sekolah, sejauh mereka dapat ditolong untuk lebih mengerti akan anak mereka.

Tantangan pertama untuk memulai suatu proses pendampingan pribadi yang ideal justru datang dari faktor-faktor instrinsik sekolah sendiri. Kepala sekolah kurang tahu apa yang harus mereka perbuat dengan konselor atau guru-guru BK. Ada kekhawatiran bahwa konselor akan memakan “gaji buta”. Akibatnya, konselor mesti disampiri tugas-tugas mengajar keterampilan, sejarah, jaga kantin, mengurus perpustakaan, atau jika tidak demikian hitungan honor atau penggajiannya terus dipersoalkan jumlahnya. Sesama staf pengajar pun mengirikannya dengan tugas-tugas konselor yang dianggapnya penganggur terselubung. Padahal, betapa pendampingan pribadi menuntut proses administratif dalam penanganannya.

BK yang baru dilirik sebelah mata dalam proses pendidikan tampak dari ruangan yang disediakan. Bisa dihitung dengan jari, berapa jumlah sekolah yang mampu (baca: mau!) menyediakan ruang konseling memadai. Tidak jarang dijumpai, ruang BK sekadar bagian dari perpustakaan (yang disekat tirai), atau layaknya ruang sempit di pojok dekat gudang dan toilet. Betapa mendesak untuk dikedepankan peran BK dengan mencoba menempatkan kembali pada posisi dan perannya yang hakiki. Menaruh harapan yang lebih besar pada BK dalam pendampingan pribadi, sekarang ini begitu mendesak, jika mengingat kurikulum dan segala orientasinya tetap saja menjunjung supremasi otak. Untuk memulai mewujudkan semua itu, butuh perubahan paradigma para kepala sekolah dan semua pihak yang terlibat dalam proses kependidikan.

KEGIATAN PENDUKUNG LAYANAN BK


Kegiatan Pendukung Layanan Bimbingan dan Konseling
 Untuk menunjang kelancaran pemberian layanan-layanan bimbingan dankonseling seperti yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dilaksanakanberbagai kegiatan pendukung,yang mencakup :

1.       Aplikasi Instrumentasi
Aplikasi instrumentasi adalah kegiatan pendukung bimbingan dankonseling untuk mengumpulkan data dan keterangan tentang diri peserta didik (klien), keterangan tentang lingkungan peserta didik dan lingkungan yang lebihluas. Pengumpulan data ini dapat dilakukan denagn berbagai cara melaluiinstrumen baik tes maupun nontes. Dengan tujuan untuk memahami peserta didik dengan segala karakteristiknya dan memahami karakteristik lingkungan.
2.       Himpunan Data
 Himpunan Data merupakan kegiatan pendukung bimbingan dan konselinguntuk menghimpun seluruh data dan keterangan yang relevan dengan keperluanpengembangan peserta didik (klien). Himpunan data perlu dielenggarakan secaraberkelanjutan, sistematik, komprehensif, terpadu, dan sifatnya tertutup.
3.       Konferensi KasusKonferensi kasus merupakan kegiatan pendukung bimbingan dankonseling untuk membahas permasalahan yang dialami oleh peserta didik (klien)dalam suatu forum pertemuan yang dihadiri oleh berbagai pihak yang diharapkandapat memberikan bahan, keterangan, kemudahan dan komitmen bagiterentaskannya permasalahan tersebut. Pertemuan konferensi kasus bersifatterbatas dan tertutup. Tujuan konferensi kasus adalah untuk memperolehketerangan dan membangun komitmen dari pihak yang terkait dan memilikipengaruh kuat terhadap klien dalam rangka pengentasan permasalahan klien.4.

4.       Kunjungan RumahKunjungan rumah merupakan kegiatan untuk memperoleh data,keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi terentaskannya permasalahan pesertadidik melalui kunjungan rumah klien. Kerja sama dengan orang tua sangatdiperlukan, dengan tujuan untuk memperoleh keterangan dan membangunkomitmen dari pihak orang tua/keluarga untuk mengentaskan permasalahan klien.Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang penuh dari orang tua dan anggotakeluarga klien yang lainnya.5.

5.       Alih Tangan KasusAlih tangan kasus merupakan kegiatan untuk untuk memperolehpenanganan yang lebih tepat dan tuntas atas permasalahan yang dialami pesertadidik dengan memindahkan penanganan kasus ke pihak lain yang lebih kompeten,seperti kepada guru mata pelajaran atau konselor, dokter serta ahli lainnya, dengantujuan agar peserta didik dapat memperoleh penanganan yang lebih tepat dantuntas atas permasalahan yang dihadapinya melalui pihak yang lebih kompeten.Kegiatan ini memerlukan kerjasama yang erat dan amntap antara berbagi pihak yang dapat memberikan bantuan dan atas penanganan masalah tersebut (terutamakerjasama dari ahli lain tempat kasus itu dialihtangankan)